Langsung ke konten utama

Cara Aplikasi Pestisida


Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Dalam konsep pengendalian hama terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama namun lebih dititikberatkan untuk mengendalikan hama sehingga berada di bawah ambang kendali. Berikut cara menggunakan pestisida yang baik dan benar.

A. Cara menggunakan pestisida yang baik agar tidak terjadi resistensi OPT terhadap pestisida Ada lima cara tepat aplikasi pestisida secara bijaksana (jenis dan mutu, waktu, dosis, cara, dan sasaran):

1. Tepat jenis dan mutu

Menggunakan pestisida yang terdaftar/diijinkanEfektif terhadap jasad sasaran, daya racun rendah, mudah terurai, selektifWadahnya asli dan masih baik, dengan memperhatikan label yang lengkapMasih berlaku/tidak kadaluarsaPestisida kontak/racun kontak (lambung) tidak sesuai untuk hama yang berada dalam jaringan tanaman. Untuk hama yang berada dalam jaringan tanaman (penggerek batang padi dapat dikendalikan secara efektif menggunakan jenis insektisida sistemik).

2. Tepat waktu, ditentukan dengan memperhatikan:

Ambang pengendalian yang berlaku. Menunda waktu aplikasi pestisida, sehingga apabila populasi hama sangat tinggi akan kurang efektif, mahal, dan memicu kekebalan hama terhadap pestisida. Musuh alami banyak yang mati, sehingga setelah residu pestisida habis, larva yang baru menetas menjadi berkembang cepat tanpa musuh alami.Stadia pertumbuhan tanaman yang diaplikasiKeadaan cuaca yang memungkinkan. Tidak melakukan aplikasi pestisida pada saat banyak embun masih menempel di tanaman (terlalu pagi, matahari belum terbit). Embun yang menempel di daun akan mengencerkan konsentrasi pestisida yang diaplikasikan sehingga menjadi tidak efektif dan menimbulkan kekebalan hama sasaran terhadap pestisida yang diaplikasikan.Waktu yang tepat untuk mengaplikasikan pestisida adalah ketika hama berada pada stadium rentan. Larva ulat grayak diaplikasi pestisida ketika masih berada dalam stadium /instar 1-2.

3. Tepat dosis:

Jasad pengganggu tanaman dapat dikendalikan secara baik dengan pestisida pada dosis (konsentrasi dan jumlah volume cairan semprot) yang dianjurkan sesuai alat aplikasi yang akan digunakan. Konsentrasi pestisida dinyatakan dalam volume formulasi pestisida di dalam satu liter air. Tepat dosis, konsentrasi yang tepat sangat berhubungan dengan dosis aplikasinya. Dosis aplikasi dinyatakan dengan banyaknya bahan aktif pestisida yang digunakan pada areal seluas satuan tertentu atau banyaknya cairan semprot per satuan luas tertentu. Dosis yang kurang akan menyebabkan hama yang diaplikasi tidak mati, bahkan akan menjadi kebal karena kemampuannya beradaptasi terhadap pestisida yang kurang efektif tersebut.

4. Tepat cara, hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah:

Menggunakan aplikasi yang tepat sesuai bentuk dan jenis formulasiMemperhatikan keberadaan/tempat jasad sasaran yang ditujuCuaca terutama arah angin, agar keselamatan operator terjamin maka penyemprotan harus dilakukan tidak berlawanan dengan arah angin.

5. Tepat sasaran, hal yang perlu diperhatikan:

keefektifan pestisida terhadap jenis hama yang akan diaplikasigunakan pestisida yang sesuai dengan hama sasaran. Tidak semua pestisida efektif untuk semua

 

B. Cara menanggulangi resistensi/kekebalan OPT terhadap pestisida

Hama / patogen penyebab penyakit, mempunyai banyak strain/ras/biotipe yang masing-masing mempunyai kemampuan berbeda untuk beradaptasi terhadap lingkungan biotik (faktor biotik: jenis tanaman inang, musuh alami, vektor/serangga pembawa), dan lingkungan abiotik (faktor abiotik: pestisida, faktor cuaca, senyawa pengusir/penarik hama). Aplikasi pestisida yang tidak dilakukan melalui 5 tepat akan memicu berkembangnya generasi strain/ras/biotipe yang tahan terhadap pestisida tersebut.Satu macam pestisida yang digunakan terus menerus akan menyebabkan timbulnya strain/ras/biotipe opt yang mampu beradaptasi menjadi kebal terhadap pestisida tersebut. Untuk menghindari terjadinya kekebalan opt terhadap pestisida tersebut, perlu dilakukan variasi (selang-seling) penggunaan/aplikasi pestisida yang berbeda, baik formulanya maupun bahan aktifnya. 

 

(Narasumber : Ir. Yulianto, SU)

http://jateng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=432:cara-penggunaan-pestisida&catid=14:alsin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi Amistartop

Fungisida AMISTARTOP 325 SC adalah jenis fungisida sekaligus ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) berbentuk pekatan berwarna kuning yang mudah larut dalam air. Digunakan untuk mengendalikan penyakit yang biasa menyerang tanaman bawang merah, cabai, kubis, jagung, melon, padi, pembibitan kelapa sawit, tomat, dan lain sebagainya.   Fungisida ini berwujud  Soluble Concentrate  atau dikenal dengan pekatan suspensi. Mengandung campuran dua senyawa aktif dengan tingkat efikasi tinggi dan spektrum pengendalian yang luas dalam mengendalikan penyakit. Amistartop 325 SC berperan besar dalam mengendalikan penyakit dan kandungan ZPT yang dimilikinya membantu meningkatkan hasil panen tanaman. Spesifikasi Amistartop 325SC Fungisida + ZPT: Bentuk formulasi: Cairan Warna: Kuning Muda Bahan aktif: Difenokonazol, Azoksistrobin Cara kerja racun: Sistemik Klasifikasi: Fungisida Kemasan: Botol Hama Dan Penyakit Sasaran: Busuk daun dan bercak kering pada kentang, karat dan bercak daun pada tanaman kacang-kacangan, tr

APA ITU PESTISIDA?

Pestisida adalah  bahan, produk atau campuran, termasuk bahan aktif dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk mengontrol, mencegah, memusnahkan atau menjauhkan organisme pengganggu tanaman yang merugikan manusia. Pestisida digolongkan berdasarkan sasaran yang dikendalikan, yaitu  insektisida (serangga), fungisida (jamur), bakterisida (bakteri), nematisida (nematode/cacing), akarisida (tungau, caplak, laba-laba), rodentisida (tikus), moluskisida (siput telanjang), herbisida (gulma). Dewasa ini pestisida sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani, terutama untuk melindungi tanaman dari kerusakan akibat jasad pengganggu, dan dengan demikian melindungi produksi tanaman. Malah sebagian besar petani, terutama yang mengusahakan tanaman pangan dan sayuran, menganggap pestisida sebagai “dewa penyelamat” bagi usahatani mereka karena menghindarkan kerugian akibat serangan jasad pengganggu. Keyakinan petani tersebut mengakibatkan kecenderungan meningkatnya penggunaan pestisida dari waktu ke wak

Virtako, Filia & Score