Langsung ke konten utama

Klasifikasi, Penggunaan pestisida &Mengatasi resistensi OPT

Klasifikasi Pestisida
Pestisida berdasarkan tipe formulasi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pestisida yang disemprotkan, biasanya dicampurkan dengan air dan disemprotkan pada tanaman, bisa dalam bentuk : konsentrat yang bisa diemulsikan, konsentrat yang dapat dilarutkan, konsentrat terlarut, tepung yang dapat dilarutkan, formulasi mikro dan lain-lain.
b. Butiran dan pelet adalah formulasi padat yang biasanya diaplikasikan ke dalam tanah.
c. Fumigan digunakan dalam bentuk gas.

Klasifikasi pestisida berdasarkan cara kerja yaitu : racun perut yang diabsorbsi pada saluran pencernaan, penetrasi racun kontak langsung ke organisme pengganggu tanaman dan racun sistemik yang ditranslokasikan melalui sistem vaskuler ke bagian-bagian tanaman yang berbeda.
Daya racun merupakan sifat-sifat fisiologis atau biologis yang menentukan kapasitas bahan kimia  untuk  meracuni atau melukai. Bahaya merujuk pada daya racun yang melekat pada suatu senyawa yang beracun. Kode warna pada kemasan pestisida menunjukkan daya racun pestisida tersebut. Pada bagian dasar label pestisida terdapat pita label pestisida (model lama berupa dot/lingkaran). Pita label diberi warna berdasarkan tingkat daya racun atau klasifikasi bahaya dari pestisida tersebut. Pita coklat atau merah menunjukkan kategori I yaitu pestisida yang sangat beracun (hampir seluruhnya sudah dilarang beredar), pita kuning menunjukkan kategori II yaitu pestisida dengan racun yang moderat, pita biru menunjukkan pestisida kategori III yang agak beracun, sedangkan pita hijau menunjukkan kategori IV yaitu pestisida yang relatif tidak beracun (daya racunnya rendah).

Penggunaan dan Penanganan Pestisida yang Tepat
Sebelum pencampuran pestisida, peralatan penyemprotan harus dicek, pastikan sprayer dan nozzle dalam kondisi yang baik, tidak tersumbat atau bocor. Gunakan pakaian pelindung yang lengkap yaitu : baju kerja (baju lengan panjang dan celana panjang), masker/respirator, kacamata, sepatu boot, sarung tangan dan topi (pelindung kepala).
Pada saat pencampuran pestisida pada wadah pencampur, gunakan gelas atau tabung pengukur dalam mengukur formulasi konsentrasi pestisida dan gunakan air bersih untuk mencampur pestisida. Jangan pernah menggunakan tangan kosong untuk mencampur pestisida, gunakan sarung tangan yang tepat pada saat proses pencampuran.
Selama aplikasi pestisida, jangan menyemprot melawan arah angin, ganti kaus dan tutup kepala jika basah karena semprotan pestisida serta jangan gosok wajah atau bagian tubuh lain dengan tangan yang terkontaminasi.
Setelah penyemprotan pestisida, jangan merokok dan makan jika tangan tidak dicuci bersih dengan sabun dan air. Bersihkan peralatan penyemprotan dengan cara membilas larutan pestisida yang masih ada dengan deterjen dan air bersih.Ganti pakaian segera setelah penyemprotan dan jangan gunakan lagi pada hari berikutnya bila belum dicuci dengan air dan deterjen, mencuci baju kerja tersebut harus terpisah dengan baju lainnya.
Menyimpan pestisida harus dalam ruang terkunci, jangan tempatkan pestisida dekat dengan wadah makanan, harus jauh dari api atau barang yang mudah terbakar. Jangan daur ulang botol yang telah digunakan sebagai wadah untuk minyak, cuka, kecap & untuk bahan makan lainnya.Wadah bekas pestisida harus dibuang ke lubang khusus pembuangan pestisida yang jauh dari jangkauan manusia & hewan serta jauh dari sumber air, serta jangan pernah membakar wadah bekas pestisida. Lubang pembuangan wadah pestisida sebaiknya diberi lapisan abu dan serbuk gergaji di bagian bawah maupun di bagian atas wadah bekas pestisida, setelah itu baru ditutup dengan tanah.

Mengatasi Masalah Resistensi Hama
Masalah resistensi hama terhadap pestisida dapat dihindarkan dengan langkah-langkah berikut ini :
1. Mempraktekan PHT dengan mengaplikasikan metode pengendalian lain, misalnya metode kultur teknis, diantaranya : pemupukan yang tepat, sanitasi, tanaman sela dan pemangkasan (untuk tanaman seperti buah-buahan).
2. Pilih pestisida yang spesifik dan tidak membunuh organisme yang menguntungkan atau musuh alami.
3. Gunakan pestisida sesuai dengan dosis dan interval aplikasi yang dianjurkan.
4. Gunakan peralatan yang tepat dan dipelihara dengan baik untuk mengaplikasikan pestisida.
5. Gunakan ambang batas ekonomi untuk mulai melakukan pengendalian dengan pestisida.
6. Lakukan pengendalian hama, jika memungkinkan, pada fase hidup hama yang lemah sehingga lebih mudah dikendalikan.
7. Gunakan produk secara bergantian dengan produk yang berbeda cara kerjanya.
8. Jangan mengaplikasikan produk yang sama bila terlihat tidak efektif lagi, namun ubah ke pestisida yang cara kerjanya berbeda.
9. Campur pestisida yang berbeda kelas atau cara kerjanya dan gunakan pada dosis yang direkomendasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Akibat Pupuk dan Pestisida Kimia.http://carabudidaya.com.

Anonim.2013.Mengenal Beragam Pestisida dan Bahan Aktifnya. http://pupukpestisida.com.

Roy. 2013. Bahaya Pestisida Kimia Bagi Manusia dan Lingkungan.http://www.caramenanam.com.

Calumpang, S.M. 2013. Pesticide Management. National Crop Protection Center. University of  the Philippines Los Banos.

Trisyono.Y. A. 2006.Refleksi dan Tuntutan Perlunya Manajemen Pestisida. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/761-manajemen-pestisida

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknologi Amistartop

Fungisida AMISTARTOP 325 SC adalah jenis fungisida sekaligus ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) berbentuk pekatan berwarna kuning yang mudah larut dalam air. Digunakan untuk mengendalikan penyakit yang biasa menyerang tanaman bawang merah, cabai, kubis, jagung, melon, padi, pembibitan kelapa sawit, tomat, dan lain sebagainya.   Fungisida ini berwujud  Soluble Concentrate  atau dikenal dengan pekatan suspensi. Mengandung campuran dua senyawa aktif dengan tingkat efikasi tinggi dan spektrum pengendalian yang luas dalam mengendalikan penyakit. Amistartop 325 SC berperan besar dalam mengendalikan penyakit dan kandungan ZPT yang dimilikinya membantu meningkatkan hasil panen tanaman. Spesifikasi Amistartop 325SC Fungisida + ZPT: Bentuk formulasi: Cairan Warna: Kuning Muda Bahan aktif: Difenokonazol, Azoksistrobin Cara kerja racun: Sistemik Klasifikasi: Fungisida Kemasan: Botol Hama Dan Penyakit Sasaran: Busuk daun dan bercak kering pada kentang, karat dan bercak daun pada tanaman kacang-kacangan, tr

APA ITU PESTISIDA?

Pestisida adalah  bahan, produk atau campuran, termasuk bahan aktif dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk mengontrol, mencegah, memusnahkan atau menjauhkan organisme pengganggu tanaman yang merugikan manusia. Pestisida digolongkan berdasarkan sasaran yang dikendalikan, yaitu  insektisida (serangga), fungisida (jamur), bakterisida (bakteri), nematisida (nematode/cacing), akarisida (tungau, caplak, laba-laba), rodentisida (tikus), moluskisida (siput telanjang), herbisida (gulma). Dewasa ini pestisida sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani, terutama untuk melindungi tanaman dari kerusakan akibat jasad pengganggu, dan dengan demikian melindungi produksi tanaman. Malah sebagian besar petani, terutama yang mengusahakan tanaman pangan dan sayuran, menganggap pestisida sebagai “dewa penyelamat” bagi usahatani mereka karena menghindarkan kerugian akibat serangan jasad pengganggu. Keyakinan petani tersebut mengakibatkan kecenderungan meningkatnya penggunaan pestisida dari waktu ke wak

Virtako, Filia & Score